Did Apple Remove UTM? 🥷

Good morning!

We hope you had a restful weekend. Wishing you a fantastic Monday ahead and a productive week.

In this newsletter, we are going to cover the following:

  1. New Apple's Link Tracking Protection (LTP)
  2. [New Study] Nearly 90% of Consumers No Longer Trust Influencers
  3. Creative Is The New Targeting
  4. New Dimensions & Metrics in GA4 Audience Builder
  5. Updated Google Ads Trademarks Policy

Link Tracking Protection (LTP)

Minggu lalu Apple sukses menggelar event tahunan mereka, World Wide Developer’s Conference (WWDC). WWDC digunakan oleh Apple untuk mengumumkan produk & teknologi tebaru mereka, satu hal yang menarik perhatian marketers adalah teknologi Link Tracking Protection (LTP).

What Is Link Tracking Protection (LTP)?

Fitur terbaru di iOS17 di mana any web links yang diklik oleh pengguna di dalam aplikasi Mail, Messages, & Safari (private mode) akan dihapus sebagian jika ditemukan informasi terkait user identity di dalamnya.

Contoh:

Before LTP: https://example.com/marketing?click_id=YmVhODI1MmzMNGU&campaign_id=23

After LTP: https://example.com/marketing?campaign_id=23

As explained in their press release:

Link Tracking Protection in Messages, Mail, and Safari Private Browsing. Some websites add extra information to their URLs in order to track users across other websites. Now this information will be removed from the links users share in Messages and Mail, and the links will still work as expected. This information will also be removed from links in Safari Private Browsing.

What's The Impact?

First, marketing attribution akan semakin susah dilakukan mengingat big players seperti Google & Meta masih menggunakan clicks_id (gclid & fbclid) disetiap klik iklan yang dilakukan oleh pengguna.

Second, menurut kami dampak di Indonesia tidak akan terlalu besar mengingat Apple users masih sedikit (9.2% in 2022), dan pengguna iMessage App hanya sebanya 16% secara global, sedangkan Mail App sebanyak 59% secara global.

What Should We Do?

Apple telah menyedikan solusi yang lebih user's privacy-focused, yaitu Private Click Measurement (PCM). We better start a discussion with engineering team about this new solution.


2️⃣ Hampir 90% Konsumen Tidak Lagi Percaya Influencer

Study Terbaru yang dilakukan oleh Entribe terhadap 1,046 konsumen umur 18 tahun atau lebih di US, ditemukan kecenderungan konsumen untuk membeli produk dari brand yang dipromosikan oleh real customer, and not influencer.

Insights menarik dari studi ini:

  • 81% responden setuju jika penggunaan influencer oleh brand tidak memberikan dampak atau bahkan malah memberikan dampak negatif.
  • 86% responden secara rutin melihat konten dari influencer di timeline social media mereka, tapi 51% dari mereka memilih untuk melewatinya (scroll past).
  • 90% responden lebih menyukai konten dari real customers (UGC), di mana angka ini naik sebanyak +5% tahun 2022.
  • 62% responden tidak pernah membeli produk yang dipromosikan oleh celebrity.

Menariknya, temuan ini sejalan dengan studi yang di lakukan oleh Amplify & Harris Interactive di mana 98% konsumen bilang real-life constomer reviews (UGC) memiliki dampak paling besar ke purchase decision dibandingkan influencer/celebrity endorsements, or direct brand ads.

Do you trust product reviews from influencers?


3️⃣ Creative Is The New Targeting

Di acara Meta Performance Marketing Summit minggu lalu, Meta melakukan pembaruan informasi untuk Meta Performance 5best practices yang bisa langsung diaplikasikan oleh marketers dalam menjalankan iklan di platform Meta.

Pembaruan kali ini dilakukan sejalan dengan bertumbuhnya Reels, AI dan New Ad Format (misalnya Lead Generation Ads) di platform mereka.

1. Simplify Campaign Structure

Tujuan dari simplifikasi ini adalah untuk memberikan data point (re: conversion action) sebanyak mungkin ke Meta's AI untuk bekerja lebih baik.

By consolidating their initial setup of 69 ad sets down to 15 they saw 41% more purchases at a 1.2x higher return on ad spend - Lele Sadoughi x Meta, 2023

2. Use Automation Tools

Marketers bisa mengaktifkan fitur Advantage+ untuk melakukan optimisasi audience, ad placement, & ads secara otomatis.

3. Differentiate Creative By Audience

"Creative is the new targeting" adalah sebuah definisi yang pas untuk tips nomor 3 ini. Dengan semakin dibatasinya proses ad tracking (re: GDPR, Apple's ATT, 3rd party cookies, etc) dan semakin berkembangnya algoritma Meta dalam mengidentifikasi & memberikan rekomendasi konten di platform mereka, tips ini menjadi sangat masuk akal.

Mata said:

Marketers can use creative as a new approach to targeting with distinct messages that resonate with different customer needs or interests.

4. Implement Conversion API

Dengan melakukan implementasi Conversion API (CAPI), conversion data tidak akan dikirim melalui Pixel, melainkan dikirim secara langsung melalui server-to-server connection di mana memiliki akurasi data yang lebih baik.

5. Try Different Measurement Techniques

Untuk lebih memahami performansi iklan, jalankan solusi pengukuran ikan yang lain seperti Conversion Lift Study, A/B Testing, dan Marketing Mix Modeling.


4️⃣ Enam Dimensi & Metrik di #GA4 Audience Builder

Please welcome 6 metrics & dimensions in #GA4 Audience Builder:

Dimensions

  • Country
  • Manual term (UTM Term)
  • Mobile device info
  • Minute
  • New vs Returning

Metrics

  • Session duration

Dengan pembaruan ini, semakin banyak variasi untuk audience segment yang bisa dibuat di Google Analytics.


5️⃣ Perubahan Aturan Komplain Trademark di Google Ads

Kami yakin kalian juga menerima email di atas minggu lalu. In case kalian belum sempat baca, email di atas terkait perubahan aturan dalam komplain trademark di Google Ads, aturan sebelumnya advertisers bisa memohon Google untuk melarang pengiklan lain untuk mentarget brand name / trandemark yang kita miliki secara legal. Aturan baru, komplain hanya bisa dilakukan ke spesifik advertisers and/or ads.